Kreativitas Seorang Guru
Oleh;John Subardi
1. Pengantar
Saya mengangkat judul “Kreatif Seorang Guru”. Konteks ini, erat kaitannya dengan sesorang guru yang kreativitas. Saya sadar
bahwa, apa kreativitas saya selama tahun 2022 ?. Ya, saya bingung! Namun, senang rasanya dapat bertemu
pakar dan para penulis hebat. Sehingga mendapat ilmu pengetahuan dari nara
sumber yang pakar menulis, antara lain; Bapak Mukminin, S.Pd. M.Pd. Cak Inin, terus mendorong sesama teman pendidik
untuk giat menulis.
Saya termotivasi dari Bapak Heronimus Bani, S.Pd (Pak Rony) serta teman guru penulis di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan terus ada secara daring dalam
grup whatsApp yang dibuat para penulis itu. Walaupun, saya selalu tersandung dalam menulis kata dan bahasa. Maka dari itulah, jikalau seseorang pendidk
kreatif berkenan meraih prestasi. Tentu prestasi dalam hal kreatif apa saja, jadi
harapan dan impian setiap orang. Oleh karenanya, saya mengangkat judul ini dari
konteks kreativitas saya seorang
pendidik pada sekolah di batas negara kita dengan negara Timor Leste.
2. Motivasi
Dalam bukunya, seorang dokter menulis judul,”Bagaimana
Mengembangkan Kecerdasan? Dengan suatu
Metode Baru untuk Mengoptimalkan Fungsi Otak Manusia. Dokter menjelaskan, “Kecerdasan
dan Kreativitas” seseorang dari teori-teori tentang cerdas sehingga kecerdasan
seorang itu jadi kreatif. “Ada tiga
aspek untuk mencapai prestasi seseorang, yaitu (1) motivasi yang tinggi (2) keterampilan dalam bidang yang ditekuni
(skills) dan (3) kreativitas.” (Sufyan
Rahmadhy: 2009).
Dari teori tersebut di atas, saya menarik dengan
langkah pertanyaan yang menuntun kiat kreatifku. Apakah kreativitasku dapat mencapai prestasi?
Apa yang mendorong kreativitasku, seperti
belajar dalam hal literasi, dan atau merasa nyaman
saja karena saya sudah jadi pendidiik ?
Belajar literasi, saya berawal dari pilihan suka
atau tidak suka. Bagi saya, menulis bukan hal yang gampang-gampang saja.
Tidak mudah! Maka memulai kreativitasku
dalam hal menulis sudah tentu mengasah intelek. Mengasah intelek untuk
melahirkan pikiran berupa kata-kata bermakna yang jelas. Dengan kata dan kalimat
bermakna, jelas nyaman para pembaca memahami apa maksud dari penulisnya itu.
Oleh karenanya, ketika menulis saya perlu
mengerahkan ilmu pengetahuan, asah sumber pikiran sehingga lahir tulisan yang disebut
daya cipta. Daya cipta sesorang, seperti karya tulis yang tertuang dalam buku-buku
apa saja. Selanjutnya, buku menjadi bahan bacaan dari para pembaca laksana ilmu pengetahuan yang akan terus berkembang
saat ini.
Tentu, saya dan semua yang sudah membaca buku akan
memahami isi yang terkandung dalam sebuah buku. Dan dari penulisnya berharap
agar bukunya itu menarik minat para pembaca. Lalu bertanya, apakah semua orang suka
membaca buku atau sebaliknya? Jawabanya, mungkin tidak dan mungkin juga ya!
Maka, saya mesti memikirkan hal tersebut ketika
menulis. Bagi saya ada kemungkinan pikiran ini jauh dari harapan pembaca. Namun
para pembaca harap memahami juga, bahwasanya daya pikir kita manusia tentu masing-masing pada
batasnya tertentu.
Dengan demikian, dari kreativitas dengan memilih hal suka atau tidak suka untuk literasi
jadi tantangan
yang saya hadapi. Oleh sebab itu, kiat
lah mulai lagi belajar membaca supaya tidak lupa dan terus belajar menulis untuk
ingatan. Sehingga suka menulis bagiku jadi lah kreatif yang sungguh dan sudah berarti
serta bernilai.
Kemudian, apakah arti dan nilai yang terkandung
dalam literasi sehingga lahirlah kreativitasku untuk menulis
ini? Pertanyaan penuntun kadang menandai saya semangat. Selaku pendidik, bahwa selain besarnya arti dan nilai tersebut dalam kontek
ini, dapat juga dari hasil karya seseorang itu untuk orang lain juga. Seperti tulisan
kita jadi ilmu pengetahuan kepada pembacanya.
3.
Refleksi
Sebagai pendidik dan tenaga kependidikan (di batas
negara Indonesia dengan negara Timor Leste), saya kadang-kadang mengakronimkan satu kata
jadi kalimat yang juga menimbulkan arti. Seperti kata “cukup”(kamus BI Kemendikbud). Terus saya mengakronimkan menjadi “Cakap Ucapan Kreatif Untuk Pendidikan (CUKUP.”
Konteks akronim tersebut selalu terefleksi dalam tugas kependidikan pada sekolah di daerah pedalaman
itu. Lalu, mengapa saya kadang
mengakronimkan kata cukup? Gejolak, ini
seketika timbul dalam hati mungkin karena ada rasa ke tidak nyaman dalam melaksanakan tugas profesiku.
Tidak nyaman? Apalagi teringat bulan November yang lalu, pada peringatan Hari Guru Nasional
tahun 2022 dan Ulang Tahun Persatuan
Guru Republik Indonesia. Dari sebuah kalimat dalam teks pidato Bapak Nadiem
Anwar Makarim, (Mendikbudristek) mengatakan, “Memang, pada dasarnya tidak ada perubahan yang membuat kita
nyaman. Jika masih nyaman, itu artinya kita tidak berubah’’ (Pidato Mendikbudristek; 25/11/2022).
Dari petikan tersebut di atas, memang seandainya
senada sebagaimana dalam kajian ini. Apalagi saya yang mengajar pada sekolah di batas
negara tercinta ini. Kita sama para pendidik di Indonesia, bahwasanya kegiatan pembelajaran masih belum nyaman. Pak
Mendikbudristek, tentu berharap perlu ada perubahan dari seseorang pendidik di
sekolah. Antara lain, jikalau mau berkembang pengetahun seorang pendidik, seperti berkenan giat literasi dan jangan merasa nyaman saja oleh kondisi yang
sudah ada di sekolah.
Jika
demikian, bagi saya lahir pikiran dari konteks giat literasi seorang pendidk. Ada dua
sisi konsep dari arti dan nilai apabila pendidik juga kreatif menulis.
a. Literasi
jadi kompetisi; Jikalau menulis bukan
pekerjaan gampang-gampangan, maka tidak mudah untuk bersaing dengan sekian
banyak penulis. Tentu tak ada tulisan yang tidak menarik. Mungkin merangkai
kata saja yang belum menarik banyak pembaca. Oleh karenanya, menarik dan tidaknya
sebuah tulisan sangat tergantung pada cara membahas selagi tulis itu. Cara
membahas, seperti bahasa dan suasana mungkin perlu tenang sekitar ruang kerja. Untuk itu, para penulis seperti berkompetisi
merangkai tulisan agar menyentuh dan
menarik apresiasi publik (orang banyak).
b. Menulis akan teruji oleh orang banyak; Ada rasa senang apabila tulisan dari seseorang guru itu diterima di media masa. Media masa seperti koran, majalah, serta surat kabar lainnya yang mempublikasikan tulisan kita. Kompetensi serupa tulis dari guru dinilai jikalau isi tulisan itu nyaman untuk orang banyak. Tambah lagi bilah mendorong motivasi masyarakat yang minat membaca itu, dibalik tugas profesi mendidik peserta didik di sekolah. Jikalau demikian,bahwasanya ketika tulisan sesama guru terpublikasi itulah hal serupa yang secara langsung guru memberi tanggung jawab ilmu pengetahuannya kepada masyarakat yang minat membaca buku.
4. Merintis Sekolah di Tapal Batas
Wilayah Kecamatan
Amfoang Timur itu terdiri dari batas; Utara : Laut Sawu;
Selatan :
Amfoang Selatan, Barat :Amfoang Selatan, dan
Timur :
Berbatasan lansung dengan Negara Republik Demokrasi Timor Leste
(RDTL).
Luas Wilayah
Kecamatan Amfoang Timur 270,53 km2. Ibu kota kecamatan
bertempat di Fatuknutu (https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=AmfoangTimur,Kupang&oldid=16636765
Sekedar tahu saja, apabila ke tapal batas itu, dari ibu kota Pemerinhahan Kabupaten Kupang ke Oepoli –Amfoang
Timur, mencapai setengah hari dalam perjalanan, bahkan harus dari pagi hari
hingga tiba malam hari (2007-2021). Keadaan tersebut harap maklum dengan
melihat topografi daerah serta prasaran transportasi kala itu.
Lalu, misi pendidikan, saya menarik perhatian pada anak-anak usia sekolah. Dari kondisi pendidikan yang ada, saya berpikir harus buka sekolah menengah. Merintis Sekolah Menengah Pertama (SMP), tentu melalui proses yang panjang (2011-2013).
Namun, saya sungguh sadar ini yang harus aku lakukan untuk menitik pendidikan formal bagi generasi penerus bangsa tercinta Indonesia. Sehingga berdirilah SMPN 2 Amfoang Timur Satap di desa Netemnanu (2013/2014) dan terakreditasi (2018/2019). Kemudian status definitif menjadi SMPN 2 Amfoang Timur (2022/2023).
Selanjutnya saya beralih fungsi menjadi Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada SDN Oepoli desa Netemnanu Utara wilayah kecamatan Amfong Timur tapal batas negara kita dengan negara Timor Leste (Juni 2022).
5. Kreativitas
Sebagaimana, kita ketahui tahun 2020 yang lalu terjadi wabah pandemi covid-19. Kegiatan proses belajar mengajar di sekolah kala itu berjalan tidak dengan semestinya. Banyak orang dilarang keluar dari rumah dan atau bepergian jauh, termasuk guru. Oleh karena itu, sudah tentu ada ruang dan waktu bagi saya untuk melangkah kreatif dengan giat literasi ketika di rumah saja.
Dari kondisi itulah, saya mulai giat belajar literasi menulis. Dan menulis, saya lakukan tanpa
meninggalkan tugas keseharian selaku pendidik di sekolah tempat saya mengajar. Karya
tulis saya ada di blog sendiri dan bagikan ke grup whatsapp Komunitas Guru Penulis
NTT, grup whatsapp dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Kupang, dan grup komunitas para pendidik di Amfoang Timur.
Lalu, saya lebih giat
lagi belajar literasi, ketika bergabung dengan
pakar-pakar menulis hebat dalam grup whatsapp. Antara lain; Grup Pelatihan
Menulis Buku Ber-ISBN 4; tahun 2021. Peserta terdiri dari para guru di
Indonesia yang giat belajar menulis.
Melalui grup whatsapp
tersebut, saya belajar menulis dari pakar-pakar sebagai nara sumber hebat dalam
kegiatan pelatihan menulis buku. Antara lain; Bapak Mukminin (Cak Inin), Ibu
Noralia Purwa Yunita (Bu Nora), Bapak Wijaya Kusumah (Om Jay), Bapak Encon Rahman (Kang Encon), serta Bapak
Sudomo.
Semua materi yang diberikan sangat menarik peserta
untuk kreatif dan terus belajar menulis. Saya mencermati materi yang diberikan pada
pelatihan itu sangat menginspirasi. Kegiatan pelatihan berlangsung pada tanggal 16 April sampai dengan 6 Juni
2021.
6.
Penutup
Apa ini kreativitas seorang guru untuk meraih mimpi ? Tentu berawal dari motivasi. Motivasi saya terdorong
oleh memilah dan memilihkan yang berguna untuk kepentingan orang banyak apalagi
mengemban misi pendidikan profesi. Untuk itu saya terus belajar sehingga mencapai
kata cukup bukan karena tidak nyaman. Tetapi harus ke titik “Cakap Ucapan Kreatif
Untuk Pendidikan (CUKUP)” bagi penerus generasiku, seperti anak-anak
didik di sekolah. Bila berkenan, boleh kunjung ke
https;//johnsubardi.blogspot.com/kisah sekolah di tapal batas negara kita. (Oepoli, 17/12/22)

2 komentar:
Mantap pak guru
saran dan perbaikan dari teman pembaca hebat sangat berarti untuk saya terus belajar menulis yang baik, terima kasih.
Posting Komentar