Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 21 Desember 2022

BAGAIMANA CARA GURU MERAIH MIMPI

 

Kreativitas Seorang Guru   

Oleh;John Subardi

1.  Pengantar 

Saya mengangkat judul “Kreatif Seorang Guru”. Konteks ini,  erat kaitannya dengan sesorang guru yang kreativitas. Saya sadar bahwa, apa kreativitas saya selama tahun 2022 ?.  Ya, saya bingung! Namun, senang rasanya dapat bertemu pakar dan para penulis hebat. Sehingga mendapat ilmu pengetahuan dari nara sumber yang pakar menulis, antara lain; Bapak Mukminin, S.Pd. M.Pd.  Cak Inin, terus mendorong sesama teman pendidik untuk giat menulis.

Saya termotivasi dari Bapak Heronimus Bani, S.Pd (Pak Rony) serta teman guru penulis di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan terus ada secara daring dalam grup whatsApp yang dibuat para penulis itu. Walaupun, saya selalu tersandung dalam menulis kata dan bahasa. Maka dari itulah, jikalau seseorang pendidk kreatif berkenan meraih prestasi. Tentu prestasi dalam hal kreatif apa saja, jadi harapan dan impian setiap orang. Oleh karenanya, saya mengangkat judul ini dari konteks kreativitas saya seorang pendidik pada sekolah di batas negara kita dengan negara Timor Leste.

2.    Motivasi 

Dalam bukunya, seorang dokter menulis judul,”Bagaimana Mengembangkan Kecerdasan? Dengan  suatu Metode Baru untuk Mengoptimalkan Fungsi Otak Manusia. Dokter menjelaskan, “Kecerdasan dan Kreativitas” seseorang dari teori-teori tentang cerdas sehingga kecerdasan seorang itu jadi kreatif.  “Ada tiga aspek untuk mencapai prestasi seseorang, yaitu (1) motivasi yang tinggi  (2) keterampilan dalam bidang yang ditekuni (skills) dan (3) kreativitas.”  (Sufyan Rahmadhy: 2009).

Dari teori tersebut di atas, saya menarik dengan langkah pertanyaan yang menuntun kiat kreatifku.   Apakah kreativitasku dapat mencapai prestasi?  Apa yang mendorong kreativitasku, seperti belajar dalam hal literasi, dan atau  merasa nyaman saja karena saya sudah jadi pendidiik ?  

Belajar literasi, saya berawal dari pilihan suka atau tidak suka. Bagi saya,  menulis bukan hal yang gampang-gampang saja. Tidak mudah! Maka memulai kreativitasku dalam hal menulis sudah tentu mengasah intelek. Mengasah intelek untuk melahirkan pikiran berupa kata-kata bermakna yang jelas. Dengan kata dan kalimat bermakna, jelas nyaman para pembaca memahami apa maksud dari penulisnya itu.

Oleh karenanya, ketika menulis saya perlu mengerahkan ilmu pengetahuan, asah sumber pikiran sehingga lahir tulisan yang disebut daya cipta. Daya cipta sesorang, seperti karya tulis yang tertuang dalam buku-buku apa saja. Selanjutnya, buku menjadi bahan bacaan dari para pembaca laksana  ilmu pengetahuan yang akan terus berkembang saat ini.

Tentu, saya dan semua yang sudah membaca buku akan memahami isi yang terkandung dalam sebuah buku. Dan dari penulisnya berharap agar bukunya itu menarik minat para pembaca. Lalu bertanya, apakah semua orang suka membaca buku atau sebaliknya? Jawabanya, mungkin tidak dan mungkin juga ya!

Maka, saya mesti memikirkan hal tersebut ketika menulis. Bagi saya ada kemungkinan pikiran ini jauh dari harapan pembaca. Namun para pembaca harap memahami juga, bahwasanya  daya pikir kita manusia tentu masing-masing pada batasnya tertentu.

Dengan demikian, dari kreativitas dengan memilih hal suka atau tidak suka untuk literasi jadi  tantangan yang saya hadapi. Oleh sebab itu, kiat lah mulai lagi belajar membaca supaya tidak lupa dan terus belajar menulis untuk ingatan. Sehingga suka  menulis bagiku jadi  lah kreatif  yang sungguh dan sudah  berarti serta bernilai.  

Kemudian, apakah arti dan nilai yang terkandung dalam literasi sehingga lahirlah kreativitasku  untuk menulis  ini?  Pertanyaan penuntun kadang menandai saya semangat. Selaku pendidik, bahwa selain  besarnya arti dan nilai tersebut dalam kontek ini, dapat juga dari hasil karya seseorang itu  untuk orang lain juga.  Seperti tulisan kita  jadi ilmu pengetahuan  kepada pembacanya.  

3.    Refleksi

Sebagai pendidik dan tenaga kependidikan (di batas negara Indonesia dengan negara Timor Leste),  saya kadang-kadang mengakronimkan satu kata jadi kalimat yang juga menimbulkan arti. Seperti  kata “cukup”(kamus BI Kemendikbud).  Terus saya mengakronimkan menjadi  “Cakap Ucapan Kreatif Untuk Pendidikan (CUKUP.”  

Konteks akronim tersebut selalu terefleksi dalam  tugas kependidikan pada sekolah di daerah pedalaman itu. Lalu, mengapa  saya kadang mengakronimkan kata cukup?  Gejolak,  ini seketika timbul dalam hati mungkin karena ada rasa ke tidak nyaman dalam melaksanakan tugas profesiku.

Tidak nyaman? Apalagi teringat bulan November  yang lalu, pada peringatan Hari Guru Nasional tahun 2022 dan Ulang  Tahun Persatuan Guru Republik Indonesia. Dari sebuah kalimat dalam teks pidato Bapak Nadiem Anwar Makarim, (Mendikbudristek)  mengatakan, “Memang, pada dasarnya tidak ada perubahan yang membuat kita nyaman. Jika masih nyaman, itu artinya kita tidak berubah’’ (Pidato Mendikbudristek; 25/11/2022).  

Dari petikan tersebut di atas, memang seandainya senada sebagaimana dalam kajian ini. Apalagi   saya yang mengajar pada sekolah di batas negara tercinta ini. Kita sama para pendidik di Indonesia, bahwasanya  kegiatan pembelajaran masih belum nyaman. Pak Mendikbudristek, tentu berharap perlu ada perubahan dari seseorang pendidik di sekolah. Antara lain, jikalau mau berkembang pengetahun seorang pendidik, seperti berkenan giat literasi dan jangan merasa nyaman saja oleh kondisi yang sudah ada di sekolah.   

Jika demikian, bagi saya lahir pikiran dari konteks giat literasi seorang pendidk. Ada dua sisi konsep dari  arti dan nilai apabila  pendidik juga kreatif  menulis.    

a.    Literasi jadi kompetisi;  Jikalau menulis bukan pekerjaan gampang-gampangan, maka tidak mudah untuk bersaing dengan sekian banyak penulis. Tentu tak ada tulisan yang tidak menarik. Mungkin merangkai kata saja yang belum menarik banyak pembaca. Oleh karenanya, menarik dan tidaknya sebuah tulisan sangat tergantung pada cara membahas selagi tulis itu. Cara membahas, seperti bahasa dan suasana mungkin perlu tenang sekitar ruang kerja.  Untuk itu, para penulis seperti berkompetisi merangkai tulisan agar  menyentuh dan menarik  apresiasi publik (orang banyak).

b.    Menulis akan teruji oleh  orang banyak; Ada rasa senang  apabila tulisan dari seseorang guru itu diterima di  media masa. Media masa seperti koran, majalah, serta surat kabar lainnya yang mempublikasikan tulisan kita. Kompetensi  serupa tulis dari guru dinilai jikalau isi tulisan itu nyaman untuk orang banyak. Tambah lagi bilah mendorong motivasi masyarakat yang minat membaca itu, dibalik tugas profesi mendidik  peserta  didik  di sekolah. Jikalau demikian,bahwasanya  ketika tulisan sesama guru terpublikasi itulah hal serupa yang secara langsung guru memberi tanggung jawab ilmu pengetahuannya kepada masyarakat yang  minat membaca buku. 

4.    Merintis Sekolah di Tapal  Batas  

Sebagai pendidik saya mendapat tugas mengajar di Kecamatan Amfoang Timur sejak tahun 2007 hingga sekarang masih aktif (2022). Sudah tentu saya melaksanakan misi pendidikan untuk anak-anak sekolah di batas Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Negara Timor Leste.  

Wilayah Kecamatan Amfoang Timur itu terdiri dari batas; Utara :  Laut Sawu; Selatan   : Amfoang Selatan, Barat   :Amfoang Selatan, dan  Timur : Berbatasan lansung dengan  Negara Republik Demokrasi Timor Leste (RDTL). Luas Wilayah Kecamatan Amfoang Timur 270,53 km2.  Ibu kota kecamatan bertempat di Fatuknutu (https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=AmfoangTimur,Kupang&oldid=16636765 

Sekedar tahu saja, apabila ke tapal batas itu, dari  ibu kota  Pemerinhahan Kabupaten Kupang ke Oepoli –Amfoang Timur, mencapai setengah hari dalam perjalanan, bahkan harus dari pagi hari hingga tiba malam hari (2007-2021). Keadaan tersebut harap maklum dengan melihat topografi daerah serta prasaran transportasi  kala itu.

Lalu, misi pendidikan, saya menarik perhatian pada anak-anak usia sekolah. Dari kondisi pendidikan yang ada, saya berpikir harus buka sekolah menengah. Merintis  Sekolah Menengah Pertama (SMP), tentu melalui proses yang panjang (2011-2013).

Namun, saya sungguh sadar ini yang harus aku lakukan untuk menitik  pendidikan formal bagi generasi penerus bangsa tercinta Indonesia. Sehingga berdirilah SMPN 2 Amfoang Timur Satap di desa Netemnanu   (2013/2014) dan terakreditasi (2018/2019). Kemudian status definitif menjadi SMPN 2 Amfoang Timur  (2022/2023).  

Selanjutnya saya beralih fungsi menjadi Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada SDN  Oepoli desa  Netemnanu Utara wilayah kecamatan Amfong Timur tapal batas negara kita dengan negara Timor Leste (Juni 2022).             

5.    Kreativitas         

 Sebagaimana, kita ketahui tahun 2020 yang lalu terjadi wabah pandemi covid-19. Kegiatan proses belajar  mengajar di sekolah kala itu berjalan tidak dengan semestinya. Banyak orang dilarang keluar  dari rumah dan atau bepergian jauh, termasuk guru.  Oleh karena itu, sudah tentu ada  ruang dan waktu bagi saya  untuk melangkah  kreatif dengan giat literasi ketika di  rumah saja.

Dari kondisi itulah, saya mulai giat belajar literasi menulis. Dan menulis, saya lakukan tanpa meninggalkan tugas keseharian selaku pendidik di sekolah tempat saya mengajar. Karya tulis saya ada di blog sendiri dan bagikan ke grup whatsapp Komunitas Guru Penulis NTT, grup whatsapp  dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang, dan grup komunitas para pendidik di Amfoang Timur.

Lalu, saya lebih giat lagi belajar literasi,  ketika bergabung dengan pakar-pakar menulis hebat dalam grup whatsapp. Antara lain; Grup Pelatihan Menulis Buku Ber-ISBN 4; tahun 2021. Peserta terdiri dari para guru di Indonesia yang giat belajar menulis.

Melalui grup whatsapp tersebut, saya belajar menulis dari pakar-pakar sebagai nara sumber hebat dalam kegiatan pelatihan menulis buku. Antara lain; Bapak Mukminin (Cak Inin), Ibu Noralia Purwa Yunita (Bu Nora), Bapak Wijaya Kusumah (Om Jay),  Bapak Encon Rahman (Kang Encon), serta Bapak Sudomo. 

Semua materi yang diberikan sangat menarik peserta untuk kreatif dan terus belajar menulis.  Saya mencermati materi yang diberikan pada pelatihan itu sangat menginspirasi. Kegiatan pelatihan berlangsung  pada tanggal 16 April sampai dengan 6 Juni 2021.

 Untuk itu, terlaksanakan secara daring pada malam hari pukul 19.00 – 21.00 WITA setiap hari Senin, hari Rabu, dan hari Jumat.  Alhasil, saya mendapat sertifikat penghargaan.             

6.    Penutup

Apa ini kreativitas seorang guru untuk meraih mimpi ? Tentu berawal dari motivasi. Motivasi saya terdorong oleh memilah dan memilihkan yang berguna untuk kepentingan orang banyak apalagi mengemban misi pendidikan profesi. Untuk itu saya terus belajar sehingga mencapai kata cukup bukan karena tidak nyaman. Tetapi harus ke titik “Cakap Ucapan Kreatif  Untuk Pendidikan (CUKUP)” bagi penerus generasiku, seperti anak-anak didik di sekolah.   Bila berkenan, boleh kunjung ke https;//johnsubardi.blogspot.com/kisah sekolah di tapal batas negara kita. (Oepoli, 17/12/22)

 ============

2 komentar:

Ana mengatakan...

Mantap pak guru

John Subardi mengatakan...

saran dan perbaikan dari teman pembaca hebat sangat berarti untuk saya terus belajar menulis yang baik, terima kasih.

Posting Komentar

Cerita Guru di Tapal Batas Negara

oleh; John Subardi        I.             PENGANTAR Menjadi guru pada pendidikan f...