Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 04 Agustus 2020

KISAH DI SEKOLAH TERPENCIL

                                        REFLEKSI  PENDIDIK DI SEKOLAH TERPENCIL
                                                    (era new normal akibat  covid-19)
oleh; John Subardi

gbr. Refleksi Penulis (dok.4/8/2020)

Salah satu tantangan bagi pendidik atau para guru di daerah pedesaan lagi terpencil adalah peranan guru lebih dominan terhadap ilmu pengetahuan dalam pendidikan formal dan nonformal.  Memahami hal ini, oleh karena keterbatasan ilmu pengetahuan dari masyarakat itu maupun orang tua siswa yang setiap hari bekerja sebagai petani. Karena itulah, rendahnya motivasi siswa dalam belajar di bangku sekolahan. Untuk itu, orang tua dan lingkungan masyarakat semestinya mempunyai peranan penting terhadap pendidikan non formal.

Oleh karena itu, kajian ini mengisahkan refleksi pekerjaan sebagai guru pada sekolah terpencil. Bukan bermaksud berlebihan tentang guru di sekolah yang jauh, namun sekiranya berkenan bagi identitas kita sebagai pendidik. Guru merupakan orang yang pekerjaannya mengajar dan mendidik. Pekerjaan guru adalah profesi dalam bidang pekerjaan yang dilandasi  pendidikan keahlian tertentu.  Ikhtiar demikian tentunya tidak bisa dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat itu sendiri termasuk orang tua/wali siswa di sekolah. Untuk itu, memerlukan  kepandaian khusus sebagai seorang  yang profesional.  Profesionalitas guru akan menuai  mutu pendidikan di sekolah. Ikhtiar seorang guru adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa  Indonesia.  Dengan demikian, guru dalam menjalankan tugasnya dengan penuh kesadaran pula akan kewajiban dan tanggung jawabnya mengajar serta mendidik para siwa, sekalipun aksesibilitas terpencil.

Untuk itu, oleh bekal  ilmu pengetahuannya,  guru  bisa menetapkan pilihan berupa prioritas – prioritas yang perlu didahulukan penanganannya  dan menangguhkan hal-hal  yang lebih sekunder (ekskul) sifatnya.  Guru mempunyai wawasan lebih jitu tentang dampak- dampak tertentu dari perubahan  covid-19 menuju new normal  dalam belajar  dari rumah, pembelajaran jarak jauh dan tatap muka di sekolah.  Dengan berbagai metode pembelajaran (daring dan luring) relative dilakukan sehubungan dengan aksesibilitas  yang tersedia.

Dengan demikian,  tahun pembelajaran ini menantang normal baru era pandemi covid-19.  Era transisi pandemic covid-19, merupakan  kajian guru untuk menuai mutu pendidikan di Indonesia.  Sebagai seorang profesional dengan pengetahuan yang di-bekalkan kepadanya, ia melakukan pekerjaan profesi tidak semata-mata didorong oleh sentimen-sentimen kemasyarakatan, melainkan secara terarah dan selektif  menangani persoalan-persoalan kemasyarakatan  yang dihadapkan kepadanya atau yang  (pendidikan nonformal) terdekteksi olehnya  sebagai seorang profesional.  Kurikulum pendidikan memungkinkan guru melakukan pendekatan terhadap suatu permasalahan (wabah pandemic covid-19) secara lebih mengenai sasaran yakni  para peserta didik. 

Karena itu, seorang guru pada suatu  daerah terpencil sebagai homo socius, tidak mungkin dipencilkan dari kebersamaannya itu. Dengan demikian,  di mana saja ada manusia hidup bermasyarakat, di sana selalu membaktikan diri  kepada masyarakatnya terutama peserta didik di sekolah. Oleh karena itu,  tersiratlah kualifikasi guru sebagai seorang professional  di tengah masyarakat perkampungan dengan nuansa pedusunan yang  masih mengembangkan berbagai kebutuhan akses untuk menunjang pembelajaran era new normal di sekolah.  

Selain itu, perubahan proses pembelajaran akibat covid-19 tidak selalu dapat dicerna oleh masyarakat pedesaaan lagi terpencil yang sudah terbiasa pada kelaziman-kelaziman yang mereka alami. Kalau semula anak-anak mereka setiap pagi hari ke sekolah, maka perubahan yang terjadi guru  berkunjung ke rumah, belajar secara kelompok di luar rumah, wajib memakai masker  dan mematuhi protokol kesehatan yang diharapkan  oleh pemerintah.

Sejalan dengan itu,  dalam menghadapi kenyataan wabah pandemi covid-19, masyarakat sangat membutuhkan penyuluhan dari orang-orang yang terlatih untuk menerapkan protokol kesehatan, bahkan kita mampu membimbing masyarakat dengan wawasan dan pandangan baru demi pemahaman yang lebih baik tentang new normal tahun pembelajaran 2020/2021.

Namun, setiap upaya pembelajaran pada masa transisi covid-19, tidak mungkin dijamin bebas –dampak atau steril terhadap warga sekolahnya. Hal ini mengesankan adanya paradoks, kalau metoda daring atau luring menimbulkan dampak tertentu – termasuk dampak yang mungkin negative, lalu mengapa kita (sekolah) melakukan pembelajaran dan bukannya menunggu sampai  normal  kembali?

Pertanyaan demikian hanya memuat problematik yang semu, sebab tidak ada sekolah yang sengaja   lebih suka membeku dengan keadaan new normal. Mungkin satu-dua kekecualian dapat ditemukan, seperti pada daerah zona merah dan kuning. Akan tetapi, adanya kekecualian itu justru mengukuhkan dalil  bahwa tiada sekolah yang mau membekukan diri  dalam status kekiniaannya (tahun ajaran 2020/2021).  Setiap sekolah mencita-citakan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia sebagai amanat UUD 1945. Dengan demikian, kiranya upaya pembelajaran yang direncanakan sekolah kita pada masa new normal adalah mengambil prakarsa yang mengarahkan  merdeka belajar  bagi guru serta siswa dan tidak sekedar  menjalankan proses daring dan luring saja. 

Kiranya kajian ini berkenan sebagai referensi untuk  kajian lain dan khazanah di perpustakaan sekolah. Dan semoga khalayak pembaca  dapat menemukan percikan gagasan yang merangsang pengembangan pemikiran selanjutnya atau keritik yang mendorong elaborasi pada bagian yang masih ada celah sebagai kekurangan di sana sini dalam tulisan ini. (4/8/2020)

                                                                      ***********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Guru di Tapal Batas Negara

oleh; John Subardi        I.             PENGANTAR Menjadi guru pada pendidikan f...