Wikipedia

Hasil penelusuran

Sabtu, 15 Agustus 2020

KISAH DI SEKOLAH TERPENCIL

                                                            AKSESIBILITAS TERPENCIL 

 

Kajian ini tidak terlepas dari kajian sebelumnya tentang peranan guru lebih dominan terhadap ilmu pengetahuan dalam pendidikan formal dan nonformal pada daerah terpencil.  Selain itu, terkait pula dengan perubahan proses pembelajaran akibat covid-19. Perubahan itu  tidak selalu dapat dicerna oleh  masyarakat pedesaaan lagi terpencil,  karena  terbiasa pada kelaziman belajar mengajar di sekolah  yang mereka alami.  Bagi orang tua di desa Netemnanu, bahwasannya pembelajaran pada masa pandemi ini tetap merupakan tanggung jawab guru dari sekolah. Memahami hal ini, para guru di sekolah pun terus membaharui proses pembelajaran  untuk masa depan peserta didik sebagai generasi bangsa Indonesia. 

Sehubungan dengan hal itu, dalam rapat rutin di sekolah (Sabtu, 15/8/2020) tentang pembelajaran jarak jauh dan belajar dari rumah dengan metode luring, para guru di SDN Netemnanu/SMPN 2 Amfoang Timur Satap, cenderung menghadapi tantangan. Mengevaluasi  kegiatan menggunakan metode luring ini, antara lain bahwa orang tua dan lingkungan masyarakat kurang memberikan motivasi terhadap pentingnya ilmu pengetahuan untuk masa depan anak-anak mereka. 

Meskipun  menghadapi tantangan,  para pendidik tidak menyerah dengan berbagai kesulitan yang mereka hadapi itu. Tantangan yang kami alami pada pembelajaran jarak jauh ini antara lain; jarak tempat tinggal siswa yang satu dengan lainnya berjauhan, hampir semua siswa tidak memiliki  phonecall, kurang mendapat perhatian dari orang tua terhadap proses pembelajaran ini, bahwasannya orang tua sibuk dengan pekerjaan mereka sendiri. 

 Sehingga dalam kurun waktu (tanggal 20 Juli sampai dengan 14 Agustus 2020)  pembelajaran ini berlangsung,  beberapa guru mengeluh kecapaian. Oleh karena itu, kami melakukan proses pembelajaran di sekolah dengan tetap mengikuti protokol kesehatan; jaga jarak, wajib menggunakan masker, cuci tangan dan pembelajaran secara kelompok di sekolah. 

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, sekedar diketahui jumlah peserta didik pada SDN Netemnanu/SMPN 2 Amfoang Timur Satap pada tahun ajaran 2020/2021;

Kelas

L

P

Jumlah

I

8

4

12

II

11

8

19

III

13

8

21

IV

13

10

23

V

16

11

27

VI

6

15

21

VII

3

5

8

VIII

11

11

22

IX

8

6

14

JUMLAH

89

78

167

Keadaan peserta didik dengan jumlah tersebut di atas dapat meminimalisasi untuk melaksanakan pembelajaran di sekolah dengan tidak mengabaikan protokol kesehatan selama pandemi Covid-19 tahun 2020. 

Sementara itu, tantangan kami di sekolah ini adalah upaya pendidikan non formal terkait dengan persoalan-persoalan kemasyarakatan di daerah ini. Hal yang menggugah, antara lain kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka. Sekiranya orang tua memahami bahwa proses belajar dapat  berlangsung dalam kelas  dan di luar kelas dengan kurikulum resmi, serta di rumah atau lingkungan  masyarakat dengan kurikulum tidak resmi. Namun,  pengetahuan itu belum sepenuhnya menyentuh  orang tua serta masyarakat setempat. Dengan demikian, mempengaruhi perilaku anak-anak di sana sehingga kurang termotivasi dalam belajar. Untuk itu, peran guru masih lebih dominan dalam mendorong para peserta didik agar memahami  pentingnya ilmu pengetahuan bagi masa depan mereka. 

Meresumekan rapat koordinasi dewan guru (Sabtu, 15/8/2020) yang mengevaluasi pembelajaran jarak jauh dengan metode luring, bahwasanya  sebagai  asesmen  dari sekolah yang merupakan kegiatan mengumpulkan, menganalisa, dan menginterprestasi data atau informasi tentang peserta didik dan lingkungannya untuk memperoleh gambaran, tentang kondisi individu dan lingkungannya sebagai bahan untuk memahami individu dan pengembangan program layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan terkait persiapan guru menghadapi evaluasi  semester dan akhir semester  tahun pembelajaran 2020/2021.  

Oleh karena itu, profesionalitas guru akan menuai  mutu pendidikan di sekolah kita. Ikhtiar seorang guru adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa  Indonesia.  Dengan demikian, guru dalam menjalankan tugasnya dengan penuh kesadaran pula akan kewajiban dan tanggung jawabnya mengajar serta mendidik para siwa di tempat ini, sekalipun aksesibilitas terpencil.

Kajian ini kiranya berkenan sebagai referensi untuk  kajian lain dan khazanah di perpustakaan sekolah kita. Dan semoga khalayak pembaca  dapat menemukan percikan gagasan yang merangsang pengembangan pemikiran selanjutnya atau keritik dan saran yang mendorong elaborasi pada bagian yang masih ada celah sebagai kekurangan di sana sini dalam tulisan ini. (Taloi, 16/8/2020                                  

                                                                    by ; John Subardi

                                                                      ***********

 

 

 

Selasa, 04 Agustus 2020

KISAH DI SEKOLAH TERPENCIL

                                        REFLEKSI  PENDIDIK DI SEKOLAH TERPENCIL
                                                    (era new normal akibat  covid-19)
oleh; John Subardi

gbr. Refleksi Penulis (dok.4/8/2020)

Salah satu tantangan bagi pendidik atau para guru di daerah pedesaan lagi terpencil adalah peranan guru lebih dominan terhadap ilmu pengetahuan dalam pendidikan formal dan nonformal.  Memahami hal ini, oleh karena keterbatasan ilmu pengetahuan dari masyarakat itu maupun orang tua siswa yang setiap hari bekerja sebagai petani. Karena itulah, rendahnya motivasi siswa dalam belajar di bangku sekolahan. Untuk itu, orang tua dan lingkungan masyarakat semestinya mempunyai peranan penting terhadap pendidikan non formal.

Oleh karena itu, kajian ini mengisahkan refleksi pekerjaan sebagai guru pada sekolah terpencil. Bukan bermaksud berlebihan tentang guru di sekolah yang jauh, namun sekiranya berkenan bagi identitas kita sebagai pendidik. Guru merupakan orang yang pekerjaannya mengajar dan mendidik. Pekerjaan guru adalah profesi dalam bidang pekerjaan yang dilandasi  pendidikan keahlian tertentu.  Ikhtiar demikian tentunya tidak bisa dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat itu sendiri termasuk orang tua/wali siswa di sekolah. Untuk itu, memerlukan  kepandaian khusus sebagai seorang  yang profesional.  Profesionalitas guru akan menuai  mutu pendidikan di sekolah. Ikhtiar seorang guru adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa  Indonesia.  Dengan demikian, guru dalam menjalankan tugasnya dengan penuh kesadaran pula akan kewajiban dan tanggung jawabnya mengajar serta mendidik para siwa, sekalipun aksesibilitas terpencil.

Untuk itu, oleh bekal  ilmu pengetahuannya,  guru  bisa menetapkan pilihan berupa prioritas – prioritas yang perlu didahulukan penanganannya  dan menangguhkan hal-hal  yang lebih sekunder (ekskul) sifatnya.  Guru mempunyai wawasan lebih jitu tentang dampak- dampak tertentu dari perubahan  covid-19 menuju new normal  dalam belajar  dari rumah, pembelajaran jarak jauh dan tatap muka di sekolah.  Dengan berbagai metode pembelajaran (daring dan luring) relative dilakukan sehubungan dengan aksesibilitas  yang tersedia.

Dengan demikian,  tahun pembelajaran ini menantang normal baru era pandemi covid-19.  Era transisi pandemic covid-19, merupakan  kajian guru untuk menuai mutu pendidikan di Indonesia.  Sebagai seorang profesional dengan pengetahuan yang di-bekalkan kepadanya, ia melakukan pekerjaan profesi tidak semata-mata didorong oleh sentimen-sentimen kemasyarakatan, melainkan secara terarah dan selektif  menangani persoalan-persoalan kemasyarakatan  yang dihadapkan kepadanya atau yang  (pendidikan nonformal) terdekteksi olehnya  sebagai seorang profesional.  Kurikulum pendidikan memungkinkan guru melakukan pendekatan terhadap suatu permasalahan (wabah pandemic covid-19) secara lebih mengenai sasaran yakni  para peserta didik. 

Karena itu, seorang guru pada suatu  daerah terpencil sebagai homo socius, tidak mungkin dipencilkan dari kebersamaannya itu. Dengan demikian,  di mana saja ada manusia hidup bermasyarakat, di sana selalu membaktikan diri  kepada masyarakatnya terutama peserta didik di sekolah. Oleh karena itu,  tersiratlah kualifikasi guru sebagai seorang professional  di tengah masyarakat perkampungan dengan nuansa pedusunan yang  masih mengembangkan berbagai kebutuhan akses untuk menunjang pembelajaran era new normal di sekolah.  

Selain itu, perubahan proses pembelajaran akibat covid-19 tidak selalu dapat dicerna oleh masyarakat pedesaaan lagi terpencil yang sudah terbiasa pada kelaziman-kelaziman yang mereka alami. Kalau semula anak-anak mereka setiap pagi hari ke sekolah, maka perubahan yang terjadi guru  berkunjung ke rumah, belajar secara kelompok di luar rumah, wajib memakai masker  dan mematuhi protokol kesehatan yang diharapkan  oleh pemerintah.

Sejalan dengan itu,  dalam menghadapi kenyataan wabah pandemi covid-19, masyarakat sangat membutuhkan penyuluhan dari orang-orang yang terlatih untuk menerapkan protokol kesehatan, bahkan kita mampu membimbing masyarakat dengan wawasan dan pandangan baru demi pemahaman yang lebih baik tentang new normal tahun pembelajaran 2020/2021.

Namun, setiap upaya pembelajaran pada masa transisi covid-19, tidak mungkin dijamin bebas –dampak atau steril terhadap warga sekolahnya. Hal ini mengesankan adanya paradoks, kalau metoda daring atau luring menimbulkan dampak tertentu – termasuk dampak yang mungkin negative, lalu mengapa kita (sekolah) melakukan pembelajaran dan bukannya menunggu sampai  normal  kembali?

Pertanyaan demikian hanya memuat problematik yang semu, sebab tidak ada sekolah yang sengaja   lebih suka membeku dengan keadaan new normal. Mungkin satu-dua kekecualian dapat ditemukan, seperti pada daerah zona merah dan kuning. Akan tetapi, adanya kekecualian itu justru mengukuhkan dalil  bahwa tiada sekolah yang mau membekukan diri  dalam status kekiniaannya (tahun ajaran 2020/2021).  Setiap sekolah mencita-citakan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia sebagai amanat UUD 1945. Dengan demikian, kiranya upaya pembelajaran yang direncanakan sekolah kita pada masa new normal adalah mengambil prakarsa yang mengarahkan  merdeka belajar  bagi guru serta siswa dan tidak sekedar  menjalankan proses daring dan luring saja. 

Kiranya kajian ini berkenan sebagai referensi untuk  kajian lain dan khazanah di perpustakaan sekolah. Dan semoga khalayak pembaca  dapat menemukan percikan gagasan yang merangsang pengembangan pemikiran selanjutnya atau keritik yang mendorong elaborasi pada bagian yang masih ada celah sebagai kekurangan di sana sini dalam tulisan ini. (4/8/2020)

                                                                      ***********

Cerita Guru di Tapal Batas Negara

oleh; John Subardi        I.             PENGANTAR Menjadi guru pada pendidikan f...