MENGEBLOG DARI BATAS NKRI- NEGARA TIMOR
LESTE
Oleh; John Subardi
1. Refleksi
Teknologi komunikasi sekarang terus maju. Maka untuk mengembangkan informasi dapat mendorong banyak orang memanfaatkan teknologi komunikasi, seperti giat belajar literasi digital.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), literasi
digital adalah kemampuan untuk memahami informasi berbasis komputer. Sementara
itu, Modul Literasi Digital (2019) menjelaskan
pengertian Literasi Digital menurut Paul Gilster (1997). Literasi digital (Digital
Literacy) diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan
menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat
luas yang diakses melalui piranti komputer.
Menarik dari pengertian dalam kamus BI dan pengertian literasi digital menurut Paul Gilster, itu setidaknya tertuju kepada
kemampuan seseorang untuk memahami informasi melalui media komputer. Apabila seseorang mampu untuk memahami informasi, maka
ia dapat memilah dan memilih untuk berkonten. Dan tentu harus memilih konten yang bermanfaat baik
bagi orang lain.
Menarik dari konsep literasi digital tersebut, setidaknya
pendidik tidak berdiam diri saja. Menurut
Nadiem Anwar Makarim (Mendikbudristek) dalam
teks pidatonya pada hari guru nasional tahun 2022, mengatakan; ‘’Mungkin
diantara kita sampai hari ini masih ada yang ragu untuk melakukan perubahan
dalam proses pembelajaran di kelas atau dalam menjalankan tugas sebagai
pemimpin satuan pendidikan. Memang, pada dasarnya tidak ada perubahan yang
membuat kita nyaman. Jika masih nyaman, itu artinya kita tidak berubah”.
Kalau demikian, aktivitas apa yang dilakukan seorang pendidik pada era digitalisasi saat ini ?
2. Belajar Literasi Digital
Aktivitas belajar literasi digital, setidaknya upaya sesorang pendidik untuk meningkatkan kompetensinya.. Dan setidak-tidaknya, belajar membaca konten dari teman sejawat di internet. Namun, tentu pandai untuk memilah dan memilih informasi dari berbagai konten.
Aktivitas berkonten saat ini, seperti belajar membuat blog dalam jaringan internet. Mengeblog, dari seorang pendidik, setidaknya membahas hal yang menginspirasikan teman sejawat. Jikalau demikian, saat ini giat menulis jadi kompetisi.
Belajar menulis dapat dilakukan oleh siapa saja yang berminat. Termasuk belajar
membuat blog pada era digitalisasi saat ini Menulis, tentu menuangkan pikiran (konsep) sesorang
berupa tulisan.
Namun, apakah setiap konsep seseorang itu berkenan bagi orang lain? Itu pula yang
perlu diperhatikan bila mulai belajar menulis. Dan itulah yang disebut belajar
memilih dan memilah dalam menulis sehingga konsepnya berkenan bagi pembaca.
Oleh karenanya ,
giat seseorang untuk menuangkan pikiran berupa tulisan semestinya melalui
belajar menulis. Jikalau tidak, tentu
tulisan itu berantakan. Inilah konsep diri (refleksi), apabila giat untuk mulai menulis. Kalau demikian, giat menulis itu tidak gampang-gampang saja.
Pendidik mempunyai kemampunan untuk
menulis. Mengapa? Semestinya kompetensi guru sudah ada. Bukankah, sebelum
mengajar peserta didik di sekolah, guru menulis serta menyusun persiapan
mengajarnya? Merefleksi konsep itu, pendidik dapat menulis dari berbagai jenis
tulisan untuk dibukukan atau menulis di media masa.
Salah satu jenis tulisan apabila menulis
di media masa, seperti menulis artikel.
Menurut Kang Encon Rahman, ada 9
cara menggali ide tulisan untuk artikel, yaitu; (1) pengalaman (2) pendapat (3) obrolan (4) pengamatan (5) pengetahuan (6) perasaan (7) tontonan (8) keinginan (9) membaca berita.
Untuk menulis tentu perlu sumber belajar. Dan dapat menulis apa saja setelah belajar dari berbagai sumber serta para penulis atau pakarnya. (Oepoli, 30/4/2023)


