Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 12 Agustus 2024

Cerita Guru di Tapal Batas Negara



oleh; John Subardi

       I.            PENGANTAR

Menjadi guru pada pendidikan formal karena hakikat setiap orang. Hakikat itu ialah dasar panggilan dalam hidupnya. Dalam hatinya, ia terpanggil untuk menjadi contoh, model, dan teladan bagi orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Nah, muncul pertanyaan, apakah hakikat tersebut terjadi pada setiap orang berprofesi guru?

Tentu, semestinya profesi guru jadi contoh di tengah masyarat. Oleh karena profesi guru kerjanya mengajar secara formal, seperti lembaga pendidikan di sekolah. Namun, apakah seseorang menjadi guru karena hal lain? Tentu saja pertanyaan ini jadi refleksi bagi kita yang berprofesi guru. Pertanyaan itu muncul, ketika di era yang semakin maju ini, masyarakat meremehkan peran seseorang yang berprofesi guru. Lalu, mengapa masyarakat meremehkan profesi guru? Hal ini dapat kita cermati oleh karena kepandaian dan kecerdasan masyarakat dan publik yang dapat menilai profesionalitas guru di tengah kehidupan bermasyarakat di mana ia bekerja.   

Di balik itu, setidaknya profesi guru merasa bangga, ketika masyarakat pada saat ini sudah semakin cerdas dan pandai dalam kehidupannya berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena hal tersebut tidak terlepas dari peran profesi guru yang melaksanakan pendidikan formal di sekolah.  

Dan apabila masyarakat masih meremehkan profesi guru, masyarakat itu belum memahami sejarah perjuangan pendidikan di Indinesia sebagaimana perjuangan “Ki Hadjar Dewantara”,  ialah seorang tokoh pendidikan nasional.

Mengutip dari buku tentang Ki Hadjar Dewantara, yang ditulis oleh Darsiti Soeratman (1986) menguraikan,”betapa pentingnya tiga pusat pendidikan ialah alam atau lingkungan keluarga, alam perguruan, alam pemuda,” (depdikbud 1986: hal 1). Menarik dari kutipan tersebut, setidaknya tingkah laku peserta didik di sekolah bagaimanapun halnya, ialah terpaut oleh berbagai faktor, seperti pendidikan dalam keluarga, lingkungan alam setempat, dan lingkungan kehidupan sosial masyarakat. Faktor-faktor tersebut  berpengaruh  terhadap pertumbuhan dan perkembangan seorang anak untuk mencapai kedewasaan.  

    II.            JALAN MENUJU KE AMFOANG TIMUR   

1.      Topografi Menuju Wilayah Amfoang Timur

Kisah perjalanan tahun 2007,  ialah kisah yang menggugah dan menarik. Hal yang menggugah dan menarik ialah lalu lintas jalan untuk menuju wilayah Amfoang Timur kala itu.

(gbr .topografi menuju Wilayah Amfoang Timur:dok bersama)

Bayangkan, lalu lintas ke sana berawal dari  ibu kota Kabupaten Kupang (Oelamasi),  melalui jalan Timor Raya, melintasi dalam wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan  (Soe) dan Kabupaten Timor Tengah Utara (Kefamananu) hingga menempuh  kembali wilayah Kabupaten Kupang,  terus menuju daerah Amfoang Timur. 

Selain itu jalan yang dilalui ialah jalan tanah dan jalan aspal yang sudah lama hingga rusak-rusak serta putus-putus. Oleh karena itu, transportasi kala itu memakan waktu selama satu hari dalam perjalanan hingga tiba di Amfoang Timur. Sarana transpotasi menggunakan bus/truk dan kendaraan roda dua atau pun menumpang dengan teman.

Keadaan tersebut tentu makin tahun berubah dan perlahan berkembang. 

Oleh karena itu, perhatian serius dari pemerintah daerah Kabupaten Kupang provinsi Nusa Tenggara Timur  dalam berbagai bidang pembangunan membawa Amfoang Timur eksis.

2.      Sebagai Guru di Tapal Batas  

Saya mengabdi sebagai guru pada dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Kupang sejak tahun 2006. Tahun 2007, melaksanakan tugas mengajar di Sekolah Dasar Negeri Netemnanu, desa Netemnanu Kecamatan Amfoang Timur.

Melaksanakan tugas sebagai guru pada sekolah tersebut pada mulanya penuh dilema, tetapi lambat laun dilema yang terjadi itu berlalu. Sebagai guru saya jalani pembelajaran untuk peserta didik dengan hati yang ikhlas dan lapang dada. Mengapa perasaan saya dilematis? Itu terjadi oleh karena saya harus meninggalkan status sebagai guru swasta pada Yaswari KAK selama 10 tahun (1996 -2006) di Amarasi Selatan.  Karena itu,  Amfoang Timur merupakan daerah baru dan di sekolah yang berstatus negeri dalam dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang.

 Meskipun demikian, sudah tentu saya melaksanakan misi pendidikan untuk anak-anak sekolah di wilayah kabupaten Kupang provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). 

 

3.      Merintis Sekolah Menengah Pertama 



Perihal akses yang sulit  untuk mencapai  Amfoang Timur, memang  menjadi kendala yang menghambat lajunya roda pemerintahan kabupaten  Kupang di daerah tersebut. Namun, tersandung akses topografi daerah, memang tak dapat dibantahkan oleh karena itu memang alami.

Oleh karena itu, hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam misi pendidikan di SD Negeri Netemnanu tahun 2007 sampai 2010. Hal yang menarik perhatian saya dalam kurun waktu tersebut ialah tentang pendidikan, antara lain;

a.       Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menampung para siswa setelah lulus dari Sekolah Dasar (SD) hanya terdiri dari 1 SMP Swasta dan 1 SMPN Satu Atap serta 1 SMA Negeri. Keaadaan SMP tersebut tidak cukup untuk menampung tamatan SD yang ada. Hal itu akan berdampak pula pada jumlah peserta didik nantinya di SMA.

b.      Jarak ke-dua SMP tersebut jauh dari desa Netemnanu, tambah lagi akses lalu lintas  jalan yang sangat rusak serta hal lain yang mendorong anak-anak untuk lanjutkan pendidikan ke sana. Dampak dari hal tersebut antara lain banyak anak putus sekolah dasar dan tamat SD berhenti. Oleh karenanya,  gagasan dan ide untuk merintis SMP di tempat tersebut pun terus saya dengungkan kepada masyarakat setempat.

c.       Pada akhir tahun pelajaran 2010/2011 adalah rapat konsolidasi untuk buka SMP di desa Netemnanu. Para guru, pengurus komite sekolah, orang tua peserta didik  mendorong saya untuk merintis SMP di desa Netemnanu. Setidaknya harapan masyarakat pada tahun pelajaran baru (Ta. 2011/2012) SMP di desa Netemnanu mulai melaksanakan proses pembelajaran. Dan siswa kelas 6  SD yang tamat tahun ajaran 2010/2011 menjadi peserta didik pertama di SMPN 2 Amfoang Timur Satu Atap.  

Memahami beberapa situasi dan kondisi tersebut saya ikhlas, itu adalah kebutuhan masyarakat, apalagi kebutuhan dari masyarat di daerah perbatasan dengan negara lain. Oleh karenanya, tindak lanjut pun saya jalani dan bersama kepala sekolah SDN Nemnanu serta teman guru membangun komunikasi dan konsolidasi kepada dinas P dan K Kabupaten Kupang di Kupang.

Alhasil konsolidasi kala itu, dinas P dan K kabupaten Kupang di Kupang memaklumkan  dan mendorong untuk memulai proses pembelajaran pada tahun ajaran 2011/2012 sesuai harapan masyarakat kala itu.

Kemudian, proses selanjutnya saya dipercayakan sebagai koordinator yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan kebutuhan dalam proses pembelajaran sebagaimana layaknya pembelajaran pada sebuah SMP (status filial). Untuk itu kami bermitra dengan SMPN 2 (sebagai sekolah induk) di Amfoang Utara sejak tahun 2011/2012  sampai tahun 2013/2014.

Sementara itu, status menetap dengan nama SMPN 2 Amfoang Timur Satu Atap adalah berdasarkan SK Bupati Kupang Nomor 405/KEP/HK/ 2013 tentang Sekolah Negeri dan Pengembangan SD-SMP Satu Atap di Kabupaten Kupang Tahun Ajaran 2013/2014, tanggal 23 Juli 2013.

Upaya  selanjutnya adalah berkonsolidasi dan bersinergi untuk membangun gedung secara permanen tahun ajaran 2013/2014, sehingg tahun ajaran 2014/2015 proses pembelajaran berlangsung dalam gedung permanen, dan sekolah terakreditasi pada tahun 2018/2019. 

4.      Dampak dan Aktivtas Perkembangan Masyarakat

Dampak  berdirinya SMPN 2 Amfoang Timur Satu Atap di desa Netemnanu, antara lain; bertambahnya jumlah SMP di wilayah Amfoang Timur, berkurangnya anak-anak yang putus sekolah, siswa yang tamat SD tidak berhenti dan lanjut ke SMP.  

Selain itu, berdampak pula di kampung dan desa lain untuk mendirikan sekolah baik SD maupun SMP, antara lain; di desa Nunuanah ada SMAN 2 Amfoang Timur, setelah mendirikan SMPN 4 Amfoang Timur Satap (tahun 2020); di desa Netemnanu Selatan (Tataum-Nepunef) ada SDN Mamlasi, dan mendirikan SMPN 3 Mamlasi Satap (tahun 2020); dan di desa Netemnanu Utara (Oepoli) mendirikan SDN Oepoli (tahun 2018).

Letak SD Negeri  Netemnanu/SMPN 2 Amfoang Timur Satap ialah di desa Netemnanu,  dengan jarak 18 km dari SMAN I Amfoang Timur dan ibu kota kecamatan Amfoang Timur di Fatuknutu.

Bila menuju ke SMAN I Amfoang Timur dan  ibu kota kecamatan  di Fatuknutu  harus wajib lapor (lalu lintas batas), karena melalui  SATGAS PAMTAS RI-RDTL (Pos Sungai) yang bertugas menjaga perbatasan antara negara Indonesia – negara Timor Leste, jarak ± 1 km dari SMPN 2.  Disebut Pos Sungai karena Pos Pamtas berdiri di lembah desa Netemnanu pinggir kali Noelelo yang mengalir ke sungai Noelbesi (kali batas). Selain itu lalui  juga SATGAS PAMTAS RI-RDTL (Pos Tengah) di Oepoli desa Netemnanu Utara.

 III.            PENUTUP

Dan apabila meninjau Wilayah Kecamatan Amfoang Timur itu terdiri dari batas; Utara :  Laut Sawu; Selatan   : Amfoang Selatan, Barat   :Amfoang Selatan, dan  Timur : Berbatasan langsung dengan  Negara Republik Demokrasi Timor Leste (RDTL). Luas Wilayah Kecamatan Amfoang Timur 270,53 km2.  Ibu kota kecamatan bertempat di Fatuknutu  (https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=AmfoangTimur,Kupang&oldid=16636765

Setidaknya meninjau transportasi yang menunjang infrastrutur ekonomi masyarakat seperti lalu lintas jalan raya batas negara, jaringan komunikasi, PLN serta akses lain saat ini menyenangkan mereka, namun masih perlu perhatian dari pemerintah.  Oleh karenanya terdapat dampak pada hal tertentu seperti perbedaan harga tarif barang dan jasa serta berdampak pada biaya dan ongkos kehidupan masyarakat yang cukup mahal.

Meskipun itu seperti ironis, tetapi terdapat keseriusan yang membuktikan pemerintah daerah dan pusat selalu bersinergi untuk mengembangkan pembangunan di daerah terluar, tertinggal, terpencil dan atau wilayah perbatasan NKRI - RDTL di  Amfoang Timur Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).*Oepoli, 12/8/2024

Cerita Guru di Tapal Batas Negara

oleh; John Subardi        I.             PENGANTAR Menjadi guru pada pendidikan f...