oleh;
John Subardi
I.
PENGANTAR
Menjadi guru
pada pendidikan formal karena hakikat setiap orang. Hakikat itu ialah dasar panggilan
dalam hidupnya. Dalam hatinya, ia terpanggil untuk menjadi contoh, model, dan
teladan bagi orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Nah, muncul pertanyaan, apakah
hakikat tersebut terjadi pada setiap orang berprofesi guru?
Tentu, semestinya
profesi guru jadi contoh di tengah masyarat. Oleh karena profesi guru kerjanya
mengajar secara formal, seperti lembaga pendidikan di sekolah. Namun, apakah seseorang
menjadi guru karena hal lain? Tentu saja pertanyaan ini jadi refleksi bagi kita
yang berprofesi guru. Pertanyaan itu muncul, ketika di era yang semakin maju
ini, masyarakat meremehkan peran seseorang yang berprofesi guru. Lalu, mengapa
masyarakat meremehkan profesi guru? Hal ini dapat kita cermati oleh karena
kepandaian dan kecerdasan masyarakat dan publik yang dapat menilai profesionalitas
guru di tengah kehidupan bermasyarakat di mana ia bekerja.
Di balik
itu, setidaknya profesi guru merasa bangga, ketika masyarakat pada saat ini
sudah semakin cerdas dan pandai dalam kehidupannya berbangsa dan bernegara
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena hal tersebut
tidak terlepas dari peran profesi guru yang melaksanakan pendidikan formal di
sekolah.
Dan
apabila masyarakat masih meremehkan profesi guru, masyarakat itu belum memahami
sejarah perjuangan pendidikan di Indinesia sebagaimana perjuangan “Ki Hadjar
Dewantara”, ialah seorang tokoh
pendidikan nasional.
Mengutip dari buku tentang Ki Hadjar Dewantara, yang ditulis oleh Darsiti Soeratman (1986) menguraikan,”betapa pentingnya tiga pusat pendidikan ialah alam atau lingkungan keluarga, alam perguruan, alam pemuda,” (depdikbud 1986: hal 1). Menarik dari kutipan tersebut, setidaknya tingkah laku peserta didik di sekolah bagaimanapun halnya, ialah terpaut oleh berbagai faktor, seperti pendidikan dalam keluarga, lingkungan alam setempat, dan lingkungan kehidupan sosial masyarakat. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan seorang anak untuk mencapai kedewasaan.
II.
JALAN
MENUJU KE AMFOANG TIMUR
1. Topografi Menuju
Wilayah Amfoang Timur
Kisah perjalanan tahun 2007, ialah kisah yang menggugah dan menarik. Hal
yang menggugah dan menarik ialah lalu lintas jalan untuk menuju wilayah Amfoang
Timur kala itu.
(gbr
.topografi menuju Wilayah Amfoang Timur:dok bersama)
Bayangkan,
lalu lintas ke sana berawal dari ibu
kota Kabupaten Kupang (Oelamasi),
melalui jalan Timor Raya, melintasi dalam wilayah Kabupaten Timor Tengah
Selatan (Soe) dan Kabupaten Timor Tengah
Utara (Kefamananu) hingga menempuh
kembali wilayah Kabupaten Kupang,
terus menuju daerah Amfoang Timur.
Selain
itu jalan yang dilalui ialah jalan tanah dan jalan aspal yang sudah lama hingga
rusak-rusak serta putus-putus. Oleh karena itu, transportasi
kala itu memakan waktu selama satu hari dalam perjalanan hingga tiba di Amfoang
Timur. Sarana transpotasi menggunakan bus/truk dan
kendaraan roda dua atau pun menumpang dengan teman.
Keadaan
tersebut tentu makin tahun berubah dan perlahan berkembang.
Oleh karena itu, perhatian serius dari pemerintah daerah Kabupaten
Kupang provinsi Nusa Tenggara Timur
dalam berbagai bidang pembangunan membawa Amfoang Timur eksis.
2. Sebagai Guru di Tapal Batas
Saya mengabdi sebagai guru pada
dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Kupang sejak tahun 2006. Tahun 2007, melaksanakan
tugas mengajar di Sekolah Dasar Negeri Netemnanu, desa Netemnanu Kecamatan
Amfoang Timur.
Melaksanakan tugas sebagai guru pada
sekolah tersebut pada mulanya penuh dilema, tetapi lambat laun dilema yang
terjadi itu berlalu. Sebagai guru saya jalani pembelajaran untuk peserta didik dengan
hati yang ikhlas dan lapang dada. Mengapa perasaan saya dilematis? Itu terjadi oleh
karena saya harus meninggalkan status sebagai guru swasta pada Yaswari KAK selama
10 tahun (1996 -2006) di Amarasi Selatan.
Karena itu, Amfoang Timur
merupakan daerah baru dan di sekolah yang berstatus negeri dalam dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang.
Meskipun
demikian, sudah tentu saya melaksanakan misi pendidikan untuk anak-anak sekolah
di wilayah kabupaten Kupang provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
3.
Merintis Sekolah Menengah Pertama
Perihal akses yang sulit untuk mencapai Amfoang Timur, memang menjadi kendala yang menghambat lajunya roda
pemerintahan kabupaten Kupang di daerah tersebut.
Namun, tersandung akses topografi daerah, memang tak dapat dibantahkan oleh
karena itu memang alami.
Oleh karena itu, hal tersebut
merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam misi pendidikan di SD Negeri
Netemnanu tahun 2007 sampai 2010. Hal yang menarik perhatian saya dalam kurun
waktu tersebut ialah tentang pendidikan, antara lain;
a. Sekolah
Menengah Pertama (SMP) yang menampung para siswa setelah lulus dari Sekolah
Dasar (SD) hanya terdiri dari 1 SMP Swasta dan 1 SMPN Satu Atap serta 1 SMA
Negeri. Keaadaan SMP tersebut tidak cukup untuk menampung tamatan SD yang ada.
Hal itu akan berdampak pula pada jumlah peserta didik nantinya di SMA.
b. Jarak
ke-dua SMP tersebut jauh dari desa Netemnanu, tambah lagi akses lalu
lintas jalan yang sangat rusak serta hal
lain yang mendorong anak-anak untuk lanjutkan pendidikan ke sana. Dampak dari
hal tersebut antara lain banyak anak putus sekolah dasar dan tamat SD berhenti.
Oleh karenanya, gagasan dan ide untuk merintis
SMP di tempat tersebut pun terus saya dengungkan kepada masyarakat setempat.
c.
Pada akhir tahun pelajaran 2010/2011
adalah rapat konsolidasi untuk buka SMP di desa Netemnanu. Para guru, pengurus komite
sekolah, orang tua peserta didik mendorong
saya untuk merintis SMP di desa Netemnanu. Setidaknya harapan masyarakat pada
tahun pelajaran baru (Ta. 2011/2012) SMP di desa Netemnanu mulai melaksanakan
proses pembelajaran. Dan siswa kelas 6 SD yang tamat tahun ajaran 2010/2011 menjadi
peserta didik pertama di SMPN 2 Amfoang Timur Satu Atap.
Memahami beberapa situasi dan kondisi
tersebut saya ikhlas, itu adalah kebutuhan masyarakat, apalagi kebutuhan dari
masyarat di daerah perbatasan dengan negara lain. Oleh karenanya, tindak lanjut
pun saya jalani dan bersama kepala sekolah SDN Nemnanu serta teman guru membangun
komunikasi dan konsolidasi kepada dinas P dan K Kabupaten Kupang di Kupang.
Alhasil konsolidasi kala itu, dinas
P dan K kabupaten Kupang di Kupang memaklumkan dan mendorong untuk memulai proses
pembelajaran pada tahun ajaran 2011/2012 sesuai harapan masyarakat kala itu.
Kemudian, proses selanjutnya saya
dipercayakan sebagai koordinator yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan
kebutuhan dalam proses pembelajaran sebagaimana layaknya pembelajaran pada
sebuah SMP (status filial). Untuk itu kami bermitra dengan SMPN 2 (sebagai
sekolah induk) di Amfoang Utara sejak tahun 2011/2012 sampai tahun 2013/2014.
Sementara itu, status menetap
dengan nama SMPN 2 Amfoang Timur Satu Atap adalah berdasarkan SK Bupati Kupang Nomor
405/KEP/HK/ 2013 tentang Sekolah Negeri dan Pengembangan SD-SMP Satu Atap di
Kabupaten Kupang Tahun Ajaran 2013/2014, tanggal 23 Juli 2013.
Upaya selanjutnya adalah berkonsolidasi dan
bersinergi untuk membangun gedung secara permanen tahun ajaran 2013/2014,
sehingg tahun ajaran 2014/2015 proses pembelajaran berlangsung dalam gedung
permanen, dan sekolah terakreditasi pada tahun 2018/2019.
4. Dampak dan Aktivtas Perkembangan Masyarakat
Dampak berdirinya SMPN 2 Amfoang Timur Satu Atap di
desa Netemnanu, antara lain; bertambahnya jumlah SMP di wilayah Amfoang Timur,
berkurangnya anak-anak yang putus sekolah, siswa yang tamat SD tidak berhenti
dan lanjut ke SMP.
Selain itu, berdampak pula di kampung dan desa lain untuk mendirikan sekolah baik SD
maupun SMP, antara lain; di desa Nunuanah ada SMAN 2 Amfoang Timur, setelah
mendirikan SMPN 4 Amfoang Timur Satap (tahun 2020); di desa Netemnanu Selatan
(Tataum-Nepunef) ada SDN Mamlasi, dan mendirikan SMPN 3 Mamlasi Satap (tahun
2020); dan di desa Netemnanu Utara (Oepoli) mendirikan SDN Oepoli (tahun 2018).
Letak SD Negeri Netemnanu/SMPN 2 Amfoang Timur Satap ialah di desa
Netemnanu, dengan jarak 18 km dari SMAN
I Amfoang Timur dan ibu kota kecamatan Amfoang Timur di Fatuknutu.
Bila menuju ke SMAN I
Amfoang Timur dan ibu kota kecamatan di Fatuknutu
harus wajib lapor (lalu lintas batas), karena melalui SATGAS PAMTAS RI-RDTL (Pos Sungai) yang
bertugas menjaga perbatasan antara negara Indonesia – negara Timor Leste, jarak
± 1 km dari SMPN 2. Disebut Pos Sungai
karena Pos Pamtas berdiri di lembah desa Netemnanu pinggir kali Noelelo yang
mengalir ke sungai Noelbesi (kali batas). Selain itu lalui juga SATGAS PAMTAS RI-RDTL (Pos Tengah) di
Oepoli desa Netemnanu Utara.
III.
PENUTUP
Dan apabila meninjau
Wilayah Kecamatan Amfoang Timur itu terdiri dari batas;
Utara : Laut Sawu; Selatan : Amfoang Selatan,
Barat :Amfoang Selatan, dan
Timur : Berbatasan langsung
dengan Negara Republik Demokrasi Timor Leste (RDTL).
Luas Wilayah Kecamatan Amfoang Timur 270,53 km2. Ibu
kota kecamatan bertempat di Fatuknutu (https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=AmfoangTimur,Kupang&oldid=16636765
Setidaknya meninjau transportasi
yang menunjang infrastrutur ekonomi masyarakat seperti lalu lintas jalan raya
batas negara, jaringan komunikasi, PLN serta akses lain saat ini menyenangkan mereka,
namun masih perlu perhatian dari pemerintah. Oleh karenanya terdapat dampak pada hal
tertentu seperti perbedaan harga tarif barang dan jasa serta berdampak pada
biaya dan ongkos kehidupan masyarakat yang cukup mahal.
